Istilah gradasi (gradation) awalnya digunakan oleh Chamberin
dan Solisbury (1904) yaitu semua proses dimana menjadikan permukaan
litosfir menjadi level yang baru. Kemudian gradasi tersebut dibagi
menjadi dua proses yaitu degradasi (menghasilkan level yang lebih
rendah) dan agradasi (menghasilkan level yang lebih tinggi).
Tiga proses utama yang terjadi pada peristiwa gradasi yaitu :
- Pelapukan, dapat berupa disentrigasi atau dekomposisi batuan dalam suatu tempat, terjadi di permukaan, dan dapat merombak batuan menjadi klastis. Dalam proses ini belum termasuk transportasi.
- Perpindahan massa (mass wasting), dapat berupa perpindahan (bulk transfer) suatu massa batuan sebagai akibat dari gaya gravitasi. Kadang-kadang (biasanya)efek dari air mempunyai peranan yang cukup besar, namun belum merupakan suatu media transportasi.
- Erosi, merupakan suatu tahap lanjut dari perpindahan dan pergerakan masa batuan. Oleh suatu agen (media) pemindah. Secara geologi (kebanyakan) memasukkan erosi sebagai bagian dari proses transportasi.
Secara umum, series (bagian/tahapan) proses gradisional
sebagai berikut landslides (dicirikan oleh hadirnya sedikit air, dan
perpindahan massa yang besar), earthflow (aliran batuan/tanah), mudflows
(aliran berupa lumpur), sheetfloods, slopewash, dan stream (dicirikan
oleh jumlah air yang banyak dan perpindahan massa pada ukuran halus
dengan slopeyang kecil).
a. Pelapukan batuan
Pelapukan merupakan suatu proses penghancuran batuan manjadi klastis
dan akan tekikis oleh gaya destruktif. Proses pelapukan terjadi oleh
banyak proses destruktif, antara lain :
- Proses fisik dan mekanik (desintegrasi) seperti pemanasan, pendinginan, pembekuan; kerja tumbuh-tumbuhan dan binatang , serta proses-proses desintegrasi mekanik lainnya
- Proses-proses kimia (dekomposisi) dari berbagai sumber seperti : oksidasi, hidrasi, karbonan, serta pelarutan batuan dan tanah. Proses dekomposisi ini banyak didorong oleh suhu dan kelembaban yang tinggi, serta peranan organisme (tumbuh-tumbuhan dan binatang).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pelapukan antara lain :
- jenis batuan, yaitu komposisi mineral, tekstur, dan struktur batuan
- kondisi iklim dan cuaca, apakah kering atau lembab, dingin atau panas, konstan atau berubah-ubah.
- kehadiran dan kelebatan vegetasi
- kemiringan medan, pengaruh pancaran matahari, dan curah hujan.
Proses pelapukan berlangsung secara differential weathering(proses
pelapukan dengan perbedaan intensitas yang disebabkan oleh perbedaan
kekerasan, jenis, dan struktur batuan). Hal tersebut menghasilkan
bentuk-bentuk morfologi yang khas seperti:
- bongkah-bongkah desintegrasi (terdapat pada batuan masif yang memperlihatkan retakan-retakan atau kekar-kekar),
- stone lattice (perbedaan kekerasan lapisan batuan sedimen yang membentuknya), mushroom (berbentuk jamur),
- demoiselles (tiang-tiang tanah dengan bongkah-bongkah penutup),
- talus (akumulasi material hasil lapukan di kaki tebing terjal),
- exfoliation domes (berbentuk bukit dari batuan masif yang homogen, dan mengelupas dalam lapisan-lapisan atau serpihan-serpihan melengkung).
Pada Gambar 3 dapat dilihat kenampakan talus dan exfoliation domes.
Gambar 3. (a). Kenampakan bentuk talus
(b). Suatu exfolation domes
b. Perpindahan massa (mass wasting)
Gerakan tanah sering terjadi pada tanah hasil pelapukan, akumulasi
debris (material hasil pelapukan), tetapi dapat pula pada batuan
dasarnya. Gerakan tanah dapat berjalan sangat lambat hingga cepat.
Menurut oleh Sharpe (1938) kondisi-kondisi yang menyebabkan terjadinya
perpindahan masa adalah :
- Faktor-faktor pasif
- faktor litologi : tergantung pada kekompakan/rapuh material
- faktor statigrafi : bentuk-bentuk pelapisan batuan dan kekuatan (kerapuhan), atau permeabel-impermeabelnya lapisan
- faktor struktural : kerapatan joint, sesar, bidang geser-foliasi
- faktor topografi : slope dan dinding (tebing)
- faktor iklim : temperatur, presipitasi, hujan
- faktor organik : vegetasi
- Faktor-faktor aktif
- proses perombakan
- pengikisan lereng oleh aliran air
- tingkat pelarutan oleh air atau pengisian retakan
1.2 Proses Diastromisme dan Vulkanisme
Diastromisme dan vulkanisme diklasifikasikan sebagai proses hipogen
atau endapan karena gaya yang bekerja berasal dari dalam (bagian bawah)
kerak bumi. Proses-proses diastropik dapat dikelompokkan menjadi 2 tipe
yaitu :
- orogenik (pembentukkan pegunungan)
- epirogenik (proses pengangkatan secara regional).
Vulkanisme termasuk pergerakan dari larutan batuan (magma) yang
menerobos ke permukaan bumi. Akibat dari pergerakan (atau penerobosan)
magma tersebut akan memberikan kenampakan yang muncul di permukaan
berupa badan-badan intrusi, atau berupa deomal folds (lipatan
berbentuk dome) akibat terobosan massa batuan tersebut), sehingga
perlapisan pada batuan di atasnya menjadi tidak tampak lagi atau telah
terubah.